Kamis, 24 Desember 2015

PERBANDINGAN NOVEL KUMANDANGING KATRESNAN DAN NOVEL BELENGGU DALAM TEORI INTERTEKS

Oleh
KHULAIFA MUHIMMATUL ULYA

PENDAHULUAN
Peneliti memilih novel berbahasa jawa yang berjudul Kumandanging Katresnan Karya Any Asmara dan novel berbahasa Indonesia yang berjudul Belenggu Karya Armijn Pane karena novel tersebut perlu dikaji lebih lanjut agar dapat diketahui sejauh mana perkembangan dan pertumbuhan Sastra Jawa dan Sastra Indonesia dengan adanya Perbandingan sastra tersebut.
Peneliti ingin meneliti bagaimana Interteks novel berjudul Kumandanging Katresnan dan Belenggu?Serta peneliti ingin meneliti bagaimana implementasi novelberjudul Kumandanging Katresnan karya Any Asmara dan Belenggu karya Armijn Pane?
Tujuan peneliti untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan denganInterteks dari novel yang berjudul Kumandanging Katresnan dan Belenggu serta implementasi dari novel yang berjudul Kumandanging Katresnan karya Any Asmara dan novel yang berjudul Belenggu karya Armijn Pane.
Peneliti ingin memberi manfaat untuk mengetahui dan mengembangkan Interteks di dalam kedua novel tersebut dan untuk mengetahui dan mengaplikasikan serta dapat memahami Implementasi dari kedua novel tersebut.
Teori Sastra adalah bidang ilmu sastra yang membicarakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan hakikat sastra.
Teori Alur
Analisis alur merupakan langkah awal untuk memahami cerita rekaan atau fiksi.Hal ini dimasudkan untuk mengetahui struktur cerita atau susunan teks.Melalui analisis alur juga diketahui tokoh utama cerita.Hal ini dimungkinkan karena analisis alur sebenarnya didasarkan pada teori satuan cerita.Itulah sebabnya, analisis alur menggunakan landasan satuan-satuan cerita.
Noor menyitir Zaimar (1999:24) menyatakan bahwa uraian teks atas satuan isi cerita mempunyai bermacam-macam criteria, salah satu diantaranya adalah makna.Dalam teks, rangkaian semantic dapat dibagi menjadi beberapa satuan isi cerita yang lazim disebut sekuen, yaitu bagian ujaran yang terbentuk oleh suatu satuan makna.
Dalam analisis alur, urutan satuan isi cerita dapat dimanfaatkan sekaligus untuk beberapa keperluan.Secara langsung urutan satuan isi cerita dapat menunjukkan dua fungsi, yaitu fungsi utama dan katalisator.Fungsi utama mengarah pada jalan cerita, katalisator menghubungkan fungsi utama.Disamping itu, analisis satuan isi cerita juga digunakan untuk melihat pusat cerita dan susunan alur. Pusat cerita akan menuntun kita menentukan tokoh utama, susunan alur akan menunjukkan bentuk alur berdasarkan hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lain (Zaimar, 1990).
Teori tentang tokoh termasuk dalam pembicaraan unsur intrinsik suatu karya sastra.Sebagaimana diketahui, teks sastra dapat didekati melalui teks itu sendiri (intrinsik) maupun melalui luar teks itu sendiri (ekstrinsik).Pendekatan intrinsik adalah pendekatan dari dalam teks.Maksudnya, unsur yang ditelaah adalah unsur-unsur dalam cerita.Unsur-unsur itu adalah alur, tokoh, ruang, dsb.Oleh karena itu, teori yang digunakan adalah strukturalisme.
Analisis tokoh pada dasarnya adalah analisis ciri-ciri tokoh sebagaimana terlihat oleh pemandang.Meskipun tokoh cerita bersifat fiktif, umumnya mereka digambarkan dengan ciri-ciri yang berhubungan dengan kepribadian (keterangan psikologis dan sosial) serta sikap tingkah laku mereka dalam tindakan.cirri fisik, mental, dan social adalah ciri-ciri atau tanda yang khas yang ditampilkan pengarang.Oleh karena itu kritikus harus mampu menemukan tanda-tanda semiotis tersebut untuk mengungkap tabir yang berhubungan dengan tokoh.
Teori Ruang
Teori ruang digunakan untuk analisis ruang.sasaran utama analisis ruang ialah menemukan gambaran ruang dan benda-benda di dalam ruang yang mempunyai peran dalam mendukung kejelasan gambaran tokoh, terutama untuk mendiskripsikan gambaran mental tokoh.
Dalam kacamata Goldenstein, yang dimaksud dengan ruang adalah tempat atau lokasi terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.Ruang tidak hanya berfungsi sebagai wadah yang terpisah dari isi cerita, tetaapi merupakan bagian integral cerita.
Zaimar membagi ruang ke dalam dua kategori, yaitu ruang tertutup dan ruang terbuka.Ruang tertutup menunjuk pada tempat-tempat yang batasannya secara fisik tampak jelas. Yang termasuk ruang tertutup, misalnya rumah, ruang-ruang di dalam rumah, kantor, dan sebagainya. Ruang terbuka menunjuk pada tempat-tempat yang batasannya secara fisik sulit ditentukan, misalnya kota, taman, jalan, pantai dan sebagainya.
Selain itu, Zaimar juga menyebut benda-benda di dalam ruang, yang dalam kapasitas tertentu berperan mempertegas mental tokoh.Misalnya, benda-benda di dalam ruang tertutup yang sering dipakai sebagai pelengkap adalah tempat tidur, kaca hias, meja makan, pot kembang, telpon, dan lain-lain, bergantung jenis ruang tertutup yang bersangkutan. Cara tokoh memperlakukan detil-detil ruang itu dapat memperlihatkan suasana hati tokoh, seperti kesedihan, kegelisahan, kebimbangan, kekecewaan, kemarahan, dan ketentraman.


Peneliti dalam hal ini menggunakan beberapa pendekatan untuk menganalisis kedua novel tersebut dan membandingkannya antara lain, yaitu:
A.    Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif menekankan karya sastra sebagai struktur yang sedikit banyaknya bersifat otonom.Masalah struktur kata sastra pembahasannya didasarkan pada plot, unsur yang terpenting adalah unsur-unsur yang terpenting adalah unsur-unsur yang terdapat pada plot.
B.     Pendekatan Parafratis
Pendekatan parafratis yaitu strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan jalan megungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari penggunaan pendekatan parafratis itu adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
C.     Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca.
D.    Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis diartikan sebagai suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen-elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kasatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
E.     Pendekatan Historis
Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakng peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta tentang bagimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
F.      Pendekatan Sosiopsikologis
Pendekatan sosiospsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan.
G.    Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis dinyatakan adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, maupun sikap pengarang terhadap kehidupan.
Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah Novel Kumandanging Katresnan Karya Any Asmara dan Novel Belenggu Karya Armijn Pane.
Sumber data yang digunakan yaitu sumber data tulis yang diperoleh dari observasi pustaka adalah Novel Kumandanging Katresnan Karya Any Asmara dan Novel Belenggu Karya Armijn Pane.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah teknik baca. dengan teknik baca, penulis membaca buku Novel Kumandanging Katresnan Karya Any asmara dan buku Novel Belenggu Karya Armijn pane dijadikan sebagai data penelitian.
Dalam pengumpulan data digunakan teknik catat.Pencatatan merupakan hal yang sengaja dilakukan oleh peneliti supaya tidak merasa merasa kesulitan dalam pengumpulan data.
Teori yang digunakan untuk menganalisis cerita novel Kumandanging Katresnan Karya Any Asmara dan Belenggu Karya Armijn Pane dengan teori Interteks.Teknik analisis data dilakukan dengan menerapkan novel tersebut ke dalam teori Interteks.












PEMBAHASAN
A.    Unsur intrinsik
1.Tema
Tema novel Kumandanging Katresnan merupakan novel yang bertema percintaan yang dialami pemuda dimana tokoh dalam cerita  ini bernama R. Sukmana atau R.S. Ranuasmara
2.      Tokoh
Tokoh dalm novel Kumandanging Katresnan
a. Tokoh  sentral tokoh utama ini di dalam novel kumandangin katresnan yaitu R. S. Ranuasmara,dimana sukmana mengambarkan watak yang tabah, cepat bangkit, mempunyai sifat juang yang tinggi, dan berbakti kepada orang tua
“sing kagungan omah mau asmane R.S Ranusmara, prijajine wis rada sepuh bangsaning umur 50 tahun. Rambute katon putih kaja kapas.Salirane katon pengkuh gagah. R.S Ranuswara kuwi bijen sawidjining pelukis wis nate ngumbara nganti tekan endi – endi”(kumandanging katresnan, halaman 8)
“Sri Endah Wahyuningaih nembe ngerti yen R.S.Ranuasmara mau tibane  R.Sukmana, priya sing kapedotan katresnan karo ibune”(kumandanging katresnan, halaman 76)
b. R.A. Tein Tisnowati tokah utama wanita berperan sebagai protagonis yang menggambarkan wanita yang kuat, teguh pendirian dan tidak mudah putus asa. Sabar.
“aku bareng didakwajarena wong wadon sing ora bekti marang wong lanang, seneng laku sedeng, krungu stembung sing kasar mau atiku mrikitik”
(kumandanging katresnan, halaman 68)
“atiku tambah sedih arep ngaturi pirsa ora wani mula aku trima meneng kanti nganti kebak ing panalangsa, atiku dak sabar – sabarke, muga – muga kuat nampani goda renjana sing lagi namani atiku,”(Kumandanging katresnan, halaman 68)
c.Sri Endah wahyuningsih, merupakan Seorang gadis cantik yang santun dan patuh kepada orang tua
“Sri Endah Wahyuningsih mau rupane sulistya banget kaya pranakan indo.Pawakane lentjir weweg, pangkulitane kuning ngemu giring. Katambahan irung ngrunggih, mripate lindri – lindri kaya bintang filim”
(kumandanging katresnan, halaman 8)
d.      R Purwodirjo menggambarkan watak yang antagonis dengan watak kasar, tidak setia dan keras.
“bareng ana banyuwangi nembe oleh 4 sari guru lakuku kena goda karo wanita saka blmbangan kang mengko semono aku wis ngandung 3 wulan, ja wiwit semana guru lakuku krama ora nate kondur. Atiku sedih banget awit aku diwayuh gagasaning atika saya nelangsa awakku dewe kang tiba sial.”
(kumandanging katresna, halaman 67)
“guru lakuku bareng dak blakani yen aku wis ngandung oleh 4 sasi, karepku supaya gelem murungake kersane, nanging mas apa kedadeane.  aku malah didakwa kerana wong wadon sing ora bekti marang wong lanang, seneng laku sedeng, krungu stembung sing kasar mau atiku mrikitik”(kumandanging katresnan, halaman 68)
e.       Dedeh Siti Kurniasih seorang gadis yang manis, dan cantik
“Anake mung siji til wadon, djenenge Dedeh Siti Kurniasih wis prawan diwasa umure 17 th Dedeh Siti Kurniasih iku bocahe ayu manis”
(kumandanging katresnan, halaman 39)
f.       Mbok Darmo mempunyai sifat baik, suka bercanda dan lucu
“krungu gunemane mbok darmo kaya ngono mau R. Sukmana mesem ngerti yen lagi disemoni dening mbok darmo sing pancen dasar wonge lucu , lan wis ngerti menyang lakone R. Sukmana karo bandarane, awit saben – saben na layang ya mesti metu mbok darmo”(kumandanging katresnan, halaman 22)
3.      Alur
Alur yang digunakan unutuk menulis cerita kumandanging katresnan yaitu alur maju, karena menerangkan kejadian secara berurutan.
a.       Bagian awal terdiri dari
a)      Paparan : “ ana sawijining dina nomnoman jenenge R. Sukmana umure 19 tahun, murid M.U.L.O. duwe kanca jenenge R. A. Tien Tisnowati putri sala asli, putrane R.B. Djajengsubroto pensiunan Wedana Bajalali. Daleme ana kampung tamtaman, isih darahing priyayi luhur turun ningrat. Kenale R. Sukmana karo R.A Tien Tisnowati wis lawas banget. Maune kenale nomnoman loro mau yo mung lugu bae.Nanging lawasing lawas pada tukul rasa katresnan.”
(kumandanging katresnan, halaman 16)
b)      Rangsangan : “R.A. Tien Tisnowati darahing ngaluhur, R. Sukmana mung wong lumrah, tur anak randha pisan gek ora duwe. Dene nyatane mau bareng kapijarsan dening kangramane R.A Tien Tisnowati banget dukane lan ora merengake yen R. Sukmana ngaarah putrine, malah Sukmana nganti di ancam yen wani-wani mlaku bareng karo anake arep diundangke polisi, yo wiwit iku Sukmana karo Tien Tisnowati pisah."(kumandanging katresnan, halaman 16)
c)      Gawatan / rising action : “R. Sukmana bareng maca layang mau sedih banget, kang sisine R.A Tien Tisnowati arep dijodohke karo R.M Purwodirjo bareng maca mau, saka rumangsa donya banjur dadi katon peteng lelimengan bumi kaya gonjang ganjing awake krasa lemes lan samplah, wasana saking sedihe nganti nangis. R Sukmana saben dino mung deleg-deleg memelasi ora doyan mangan, awake tambah kuru marga saka banget mikire menyang R.A Tien Tisnowati.”(kumandanging katresnan, halaman 19)
b.      Bagian tengah terdiri dari
a)      Tikaian :“wis 3 dino R.A Tien Tisnowati sida dadi temanten karo R.M Purwodirjo ing dinten kamis pon ing malang,  nalika temuning penganting R. Sukmana uga merlokake teka nonton saka sadjabane pager karo wong akeh. Nanging bareng weruh penganten dijejerake lungguh, R.Sukmana ambruk ora eling, mulihe di dadabjang – dabjang wong akeh. Wiwit bar kuwi iku R. Sukaman bandjur deleg – deleg bae ono ngomah.”
(Kumandanging katresnan, halaman  35)
b)      Rumitan :”weruh tindakane R.Sukmana sing kaya mengkono mau ibune sedih banget. Ibune wis kaping-kaping ibune ngandani menyang anakne nanging saiki ora pernah digugu malah digeguyu bae, saya sedih meneh weruh amake pikirane rodok ra waras sering gemuyu dewe.”(kumandanging katresnan, halaman 35)
c)      Klimaks : “saya suwe sukmana soyo rusak kelakuane koyo wong owah kae, sawijining dina wayah sore, nalika semono R. Ngt. Parto Asamara asmane ibune R. Sukmana lagi mbatik ana buri, kaget krungu suwara mak keompyang binarenganlan swaraning barang anteb tiba pernahe ana kamare Sukmana, R.Ngt partoasmara ora kepenak atine banjur enggal – enggal mlayoni. Kaya ngopo kagete bareng mlebu kamare anake mau, weruh R.Sukmana wis adus getih raine, njrababah ora obah-obah ana djogan. Sandinge kebak pecahan kaca lemari kang wes ambyar dadi sewalang – walang. R.Ngt Partoasmara njerit terus ngrungkepi anake sing wes ra obah – obah. R.Ngt Partoasmara enggal – enggal dijunjung diturukake menyang dipan, ora suwe dokter teko, terus mriksa sing lagi podo ra eling mau. Nanging sukmana kudu enggal – enggal digowo menyang rumah sakit, awit tatune rodok nguwatiri, awit ana sirah, yen ora enggal – enggal entuk pitulungan bisa membahayani jiwane.Nganti sewulan R. Sukmana kapeksa teturunan ana rumah sakit tatune pancen bebahayani banget cedak karo otak.”
(kumandanging katresnan, halaman 36)
c.       Bagian akhir teridiri dari
a)     leraian (falling action) : “sukmana jaluk sekolah meneh marang ibune, sakbanjure ibune menehi restu sukmana mangkat menyang jogjakarta sekolah gambar, bareng Sukmana wis lulus kuliyahe Sukmana banjur menyang bandung kang manggon ana omahe manggadmaja kang nyambut gawe dadi klerk ana asistenan. Mang Gandaatmaja iku priyayine apik banget nganti R.Sukmana ngenti dianggep koyo keluargane dewe.Mang Gandaatmaja duwe putri jenenge Siti Kurniasih umure 17 tahun, dede Siti Kurniasih kuwi bocahe ayu. Maune R. Sukmana ora duwe rasa apa – apa karo Siti Kurniasih, ora let suwe R. Sukmana banjur duwe rasa katresnan marang Siti Kurniasih. Suwening – suwe, lam oleh palilahe wong tuwane sakarone dede Siti Kurniasih banjur di pek bojo. Bareng let sathun anggone jejodohan banjur pinaringan momongan lanang, dijenengake Sutrisna. Nanging durung tutug enggone jejodohan nalika Sutrisna lagi umur setengah tahun. Dedeh Kurniasih banjur tinggal donya, merga lara disentri.”(kumandanging katresnan, halaman 37)
b)      selesaian : “pas R. Sukmana menyang sarangan, derah keranganyar, Sukmana ketemu, sukaman kaget amarga R.A. Tien Tismowati awake katon rusak, koyo ra keurus, banjur ketemu Tien Tisnowati nyritakne kabeh marang Sukmana, tekan semono rampung Tien Tisnowati anggone crita, luhe terus metu kaya udan. R. Sukmana melu ngondok – ondok mbrebes eluhe mili, banjur cerito R.A. Tien Tisnowati banjur nyuwun panjaluk marang R. Sukmana. Panjaluke R.A. Tien Tisnowati yaiku Tien matur karo R. Sukmana, mbok menawa Tien ora suwe meneh bakal dipundut karo sing gawe urip. Mula sadurunge aku dipundut, aku arep pasrah menyang panjenegan, arep titip anakku iki, awit saka panjawaku ora ana meneh sing dak percaya ngrumat anakku iki,aku percaya seratus persen yen anakkuing tembe burine bakal bisa dadi wong kang utama yen oleh didikan panjenengan.”
c)      penyelesaian : “ yen kowe maca layang iki bapak wis oara ana ing alam donya bali menyang ngarsane kang Maha Agung. Sapungkurku dak dongakake slamet sakabehe” (kumandanging katresnan, halaman 86)
Setelah Susilo dan Sri Endah Wahyuningsih tau bahwa mereka bukan saudar sekandung maka mereka menikah
“panggonane clana flanel lan hem putih lengen dawa mawa dasi biru . sisihe kenja kang ayu luwes gandes pawakame cilik ramping singset weweg, panggonane klambi sutra biru kembang putih ceplok – ceplok, jarike gandasuli, teka muwuhi pantese lungguhe mepet kaya ora kena pisah, dene sing lenggah ana buri piyayi sekalian wis sepuh, sing kakung umure bangsane 70 tahun dene sing putri 60 tahun. Priyayi sing nunggang motor mau ora liya. Dr, Susilo karo Rr. Sri Endah Wahyuningsih kang saiki wis dadi garwane nembe oleh 3 sasi, dadi nedeng – nedenge sing pada pepasihan” (kumandanging katresnan, halaman 93-94)
4.      latar ( setting )
a.       latar tempat
Dalam novel yang berjudul kumandanging katresnan latar tempatnya terjadi di kampung selasari magetan dimana disana ada rumah kecil tapi sederhana, ayem tentrem, depan rumahnya ada jalan besar. Rumah tadi model baru, mempunyai  halaman yang luas.
“ing kampung selasari magetan katon ana sawidjining omah gedong tjilik, asri peni ngarepake dalan gedhe. Omah mau gagarag model anyar, kinubengan ing pekarangan kang djembar bawera.Ing sangarepe omah kiwa tengene ana tanaman kang tinanduran kembang maneka warna, nedeng – nedeng magar ndadali, gangun bunder, tandurane tinata radjin lan tjekli, tur diupakara kanti betjik – betjik.”
(kumandanging katresnan, halaman 7)
b.      Latar waktu
Pada saat malm beikutnya sekitar jam 8 nan, harinya malam jumat kliwon. Mulai selesai magrib Sri Endah Wahyuningsih duduk menemani bapaknya sambil mijitin kaki bapaknya.
“nudju sawidjining bengi wajah djam wolunan, dinane malem djumuah kliwon. Wiwid bakda magrib Sri Endah Wahyuningsing”
(kumandanging katresnan, halaman 11)
5.      Poin of view ( sudut pandang )
Dalam novel yang berjudul Kumandanging katresnan pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama aku. Dimana penulis menampilkan tokoh dengan meyebutkan nama atau kata gantinya : aku
“ - jenenge sapa jeng putramu ?
Durung dak wenehi jeneng mas. Lha kang mas teka dadi ngerti yen aku ana kene sapa sing ngaturi pirsa ?
-Ora ana jeng. Dhek mau aku lagi keneneran nyambut gawe ana sacedaking omah iki “ (kumandanging katresnan, halaman 55)
6.      Gaya Bahasa
gaya bahasa yang digunakan:
a.                        lambene kang abang maja – maja.
(kumandanging katresanan, halaman 44)
b.      bengine peteng dedet. (kumandanging katresnan, halaman 28)
7.      Amanat
Pesan yang ingin disampaikan penulis dalam novel ini yaitu segala sesuatu membutuhkan pengorbanan. Kita sebagai manusia hanya bisa berencana, berharap dan berusaha semaksimal mungkin, tetapi semua kehendak bergantung pada sang khaliq.
Sedangkan interteks novel Belenggu, yaitu:
A. Unsur Intrinsik
1.Tema
Novel ini lebih dominan menceritakan tentang percintaan antara Sukartono, Sumartini, dan Rohayah.
2.Alur
Alur pada novel ini menggunakan alur maju.
a.Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan dimulai dengan pengenalan tokoh-tokohnya. Dokter Sukartono, seorang dokter yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai dokter yang professional karena giat dalam bekerja dan ramah kepada pasien-pasiennya. Dia menikah dengan seorang gadis cantik bernama (Sumartini).Tetapi rumah tangganya tidak harmonis karena sering beradu mulut.Dokter Sukartono sibuk dengan pekerjaannya, sementara Sumartini hanya menjaga telpon dan menulis blocnote jika ada pasien yang meminta pertolongan suaminya.Diperkenalkan pula Rohayah seorang wanita korban kawin paksa dan dia menjadi wanita panggilan.(Belenggu, 2006:17-18
b.Tahap Perumitan/Awal Masalah
Dimulai saat Rohayah berpura-pura sakit. Pada awalnya Rohayah terkenal dengan sebutan Ny. Eni, karena ingin bertemu dengan Tono, dia berpura-pura sakit dan meminta Dr. Sukartono untuk memeriksanya.Saat itu dia tinggal disebuah hotel.
Rohayah dan Sukartono semakin akrab, sehingga timbuhlah perasaan cinta pada diri Sukartono.Rohayah sebenarnya sudah lama mengenal Sukartono, karena Sukartono adalah tetangganya waktu masih tinggal di Bandung dulu.Akhirnya, Yah memberitahukan hal itu.Hubungan mereka semakin dekat, Tono sering mengajak Rohayah jalan-jalan.Pada waktu itu pula hubungan Tono dan Tini mulai renggang.Tono jarang dirumah, Tini tak mengerti mengapa suaminya berubah secepat itu. (Belenggu, 2006:18-78)
c.TahapKlimaks
Tahap ini dimulai ketika Tono semakin yakin Rohayah bisa memberikan kasih sayang yang sesungguhnya dan selama ini belum didapatkannya dari isterinya.Tono merasa tidak tentram berada dirumahnya, dia lebih merasa nyaman dirumah Yah dan dia menganggap Rumah Yah sebagai rumah keduanya.Hubungan gelap ini diketahui Tini.Sumartini merasa sangat marah mengetahui hubungan mereka.Sumartini pun berangkat mencari kediaman Rohayah bermaksud memaki Rohayah dan meluapkan semua kekesalannya.(Belenggu, 2006:130)
d.Tahap Peleraian
Peleraian dimulai ketika Tini sudah bertatap muka langsung dengan Rohayah. Dia merasa sudah gagal menjadi seorang isteri. (Belenggu, 2006:133-136)
e.Tahap Penyelesaian
Tahap akhirnya ketika Sumartini merasa mantap untuk berpisah dengan Sukartono.Pada awalnya Sukartono tidak mau mengabulkannya, karena apapun yang terjadi Tono tidak mau ada perceraian dalam rumah tangganya.Namun Tini tetap bersikeras.Akhirnya mereka sepakat untuk bercerai.
Hati Sumartono sangat sakit karena perceraian tersebut.Hatinya semakin sakit setelah mengetahui Rohayah juga meninggalkannya. Tono dan Tini berpisah, mereka tidak dapat mempertahankan kehidupan rumah tangga mereka, dan Yah pun pergi ke Kaledonia Baru meninggalkan Tono, orang yang dicintainya itu. (Belenggu, 2006:136-150)
3.Latar
a.Latartempat :
 Dirumah Kartono, sebagai contoh terdapat pada :
Seperti biasa, setibanya dirumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di ruang tengah, dibawah tempat telepon.
 Dihotel, sebagai contoh terdapat pada :
Dokter Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah hotel itu, dia merasa heran sedikit.
“Masuk saja ke pekarangan, tuan dokter?”
“Masuklah,” kata Sukartono dengan agak bimbang.
Ketika mobil berhenti di sisi tangga, seorang yang berpakaian uniform berdiri disisi mobil, sambil mengangguk.
“Ini nomor 45?” tanya Abdul, lalu keluar.
“Benar, nyonya Eni sudah menunggu.”
 Dirumah Rohayah, sebagai contoh terdapat pada :
Sehabis payah praktijk, Kartono biasalah pergi kerumahnya yang kedua akan melepaskan lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah pula dia acapkali membaca majalah dan bukunya yang perlu dibaca, sedang Yah lagi asyik merenda.
 Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada :
Entah bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok. Dia terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas gelombang.Terang-terang gelap diatas air.
 Di Bazaar, sebagai contoh terdapat pada :
Sudah pukul delapan malam.Bazaar sudah dibuka tadi pukul tujuh oleh nyonya Sumarjo dengan pidato yang ringkas dan tepat.
 Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh terdapat pada :
Begitu juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah hendak mulai baik diluar, maupun didalam penuh sesak dengan penonton.
b. Latar waktu :
 Malam hari, sebagai contoh terdapat pada :
Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas buku itu, mukanya sendiri gelap.Dul baru keluar, baru minta permisi pulang.Hari sudah pukul Sembilan malam
c. Latar suasana :
 Jengkel, sebagai contoh terdapat pada :
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: “Aku pergi…..” Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
 Sedih, penuh penyesalan, sebagai contoh terdapat pada :
Sesuaikah pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa. Bukan sudah tidak, tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum berpisah, kalimat itu berulang-ulang dalam pikirannya, air matanya titik, membasahi banta.Lama kelamaan dia tertidur.
 Marah, sebagai contoh terdapat pada :
“Suaramu palsu Yah, seperti didalam hatimujuga bohong belaka.Sangkaku engkau jujur, engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu perempuan semuanya pemain tonil. Tidak ada yang benar, yang jujur pada tubuhmu, dalam hatimu.”
4. Sudut pandang
Sudut pandang pada novel Belenggu, si penulis yaitu Armijn Pane tidak menceritakan tentang dirinya, melainkan dia menceritakan orang lain. Bisa dikatakan, penulis berperan sebagai orang ketiga.Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam cerita itu.
5. Tokoh
Sukartono : baik, sangat mencintai pekerjaannya, penyayang, sabar, dan penyuka lagu keroncong terutama lagu yang dinyanyikan Siti Hayati.
Sumartini : wanita modern, mandiri, memiliki ego yang tinggi, dan cepat gusar.
Rohayah : wanita yang lemah lembut,cerminan isteri idaman Sukartono, dan penuh perhatian.
6. Bahasa
Bermajas dan berdiksi
1.Majas
 Personifikasi
• Matanya tetap melihat pada satu tempat saja, karena perhatiannya seolah-olah meraba-raba dalam pikirannya. .(Belenggu, 2006:18)
• Tiada tampak oleh Sukartono cahaya tanda girang yang mengerlip dalam mata perempuan itu. (Belenggu, 2006:20)
• “Hatinya hendak membacanya, hendak membaca olokannya.” (Belenggu, 2006:31)
• Karena itu terbit ingin hatinya menduga hati perempuan itu. .(Belenggu, 2006:30)
• Tiada kuketahui, timbul juga namamu dengan tiada kuketahui, karena bayang-bayangan ingatan yang tergambar pada air mukamu. .(Belenggu, 2006:49)
• Kalau engkau mengenal aku dahulu, benar-benar kenal, bukan kenal-kenal saja, engkaupun tahu, mestilah tahu, didalam hatiku dingin, seperti es.(Belenggu, 2006:61)
• Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan jiwanya, memegang jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan jatuh kedalam air.
(Belenggu, 2006:62)
• Dia merasa bimbang, pertanyaan yang demikian kerap kali terbit dalam pikirannya.  (Belenggu, 2006:67)
• “Tini gunung berapi yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak complicate.”(Belenggu, 2006:67)
• “Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah, hendak memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-riak.”(Belenggu, 2006:73)
• Yah terkejut melihat mukanya yang gelap itu.(Belenggu, 2006:73)
• Air muka ini akan serasa-rasa terperas karena merasa sedih.
Metafora
• Ingatannya melayang lagi kerumah yang baru dikunjunginya.Perempuan tambun, tegap sikapnya, dikepalanya seolah-olah kembang melati putih, karena rambutnya yang sudah beruban itu. (Belenggu,2006:16)
• “Mengapa,” Sukartono tiada meneruskan pertanyaan itu, karena tiba-tiba dalam pikirannya seolah-olah fajar menyinsing. (Belenggu, 2006:27)
• Tono, engkau bimbang. Zaman dahulu hendak kau ketahui juga.Tono, tidak semua zaman dahulu merusuhkan hati, tidak semua tiada baik diingat, tapi ada jua yang seolah-olah bintang pagi bersinar-sinar dalam hati. (Belenggu, 2006:47)
• “Karena teringat akan zaman dahulu teringat akan kasih sayang lama, ibarat tertampung oleh tangan ingatan zaman dahulu itu.”(Belenggu, 2006:51)
• Persahabatan kita tiada sempat berputik, menjadi bunga, berkembangkan kasih sayang. (Belenggu, 2006:51)
• “Yang sambil memanah hatinya sendiri, tetapi tiada diketahui oleh Aminah, tiada maklum panah itu bertimbal balik.” (Belenggu, 2006:52)
• Kartono melihat sikap Tini menggerendeng pula, seolah-olah harimau tertangkap, maka hatinya makin tenang. (Belenggu, 2006:59)
• ”Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal aku.”Memang Tini susah diduga. Licin sebagai belut. (Belenggu, 2006:60)
 • Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang meninggi di tepi pantai, berbahaya bagi kapal menghampirinya. (Belenggu, 2006:65)
• Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air seteguk menghilangkan haus, tetapi hausnya belum juga hilangsama sekali.
(Belenggu, 2006:75)
• Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka simpulan dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara. (Belenggu, 2006:75)
• “Jujur katamu?Kejujuran bohong. Bidadari ialah setan, setan ialah bidadari….. engkau, siapakah engkau?” Yah tersenyum, karena mendengar lagu suara Tono sudah berubah.Katanya: “Bidadari untuk engkau setan bagi orang lain.”
(Belenggu, 2006:121)
Hiperbola
• “Sukartono terkejut, memandang kearah isterinya, tetapi ia sudah berpaling lagi, menuju ke kamar tidur.Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari mulutnya. (Belenggu, 2006:19)
• Didalam kamar sudah tiada tahan lagi, serasa sempit, meskipun kamarnya itu masuk kamar yang terbesar dalam hotel itu. (Belenggu, 2006:26)
• “Hilanglah mimpiku, jatuhlah aku lagi ke lembah, ke lembah kebenaran hidupku dahulu.Ingatlah mereka yang putus asa di Priok?Demikianlah nanti hidupku, lama kelamaan kami menjadi demikian.Barang lama turun harga, tiap-tiap tahun datang model baru.”Katanya dengan masam. (Belenggu, 2006:38)
• “Karena, Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?” (Belenggu, 2006:48)
• “Air mata yang membendung hatiku telah mengalir, tidakah engkau ingat Rohayah?” (Belenggu, 2006:48)
• Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan banyaknya.
(Belenggu, 2006:48)
• Kalau dicobanya menduga lebih dalam, jalan pikirannya tertumbuk, seperti cintanya tertumbuk batu karang, pada besi…… pada lapisan es yang terlingkup pada hati jiwa Tini. (Belenggu, 2006:66)
• Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela binasa.
(Belenggu, 2006:70)
• Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras, badannya membungkuk, mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah mengalir ke roda mobil, memutar roda biar cepat secepatnya. (Belenggu, 2006:73)
• Pikirannya seolah-olah tertutup, seolah-olah pikirannya hilang, sebagai dalam mimpi, didalam hatinya seolah-olah meluas, memadamkan pikiran. Tiada lagi suara didalam hatinya, tiada lagi suara lain dari suara luar, lain daripada suara kekasihnya itu.
Ironi
• Sekarang banyak yang cemburu melihat prakteknya maju, disegani lagi disukai orang.
Kata orang: “Dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar,dia lupa mengirim rekening.”
“Tetapi ,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam,suka juga.” (Belenggu, 2006:24)
• “Ada apa, sebanyak ini tamu kami sekali ini?”
“Bukankah biasa menerima tamu banyak-banyak?” kata puteri Aminah berolok-olok.“Bukankah lebih banyak tamu, lebih senang?” (Belenggu, 2006:42)
• “Mengapa?” tanya Mardani.
“Bukan tingkahnya hendak menarik mata laki-laki saja?”
Mardani tersenyum, merasa puteri Kartini cemburu. Katanya, hendak berolok-olok: “Ah bukanlah salahnya kalau mata laki-laki tertarik. Memang sudah dasarnya…….”
“Itulah yang tiada baik itu, sudah dasarnya!” (Belenggu, 2006:83)
• “Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit seni, tentu tiada akan menjadi dokter.Sekarang penyakitnya itu sudah sembuh.”
(Belenggu, 2006: 24)
• “Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan?” (Belenggu, 2006: 42)
• “Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini.”
(Belenggu, 2006: 44)
• “Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?”
(Belenggu, 2006: 48)
• “Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah.” (Belenggu, 2006: 52)
 • “Coba angan-angankan, jiwa digantung!Mari tuan-tuan, nyonya, disini ada jiwa digantung.” (Belenggu, 2006: 115)
• “Sipatmu tidak dapat berubah, kerbau suka juga kepada kubangan.Dalam lumpur tempatmu, kembalilah engkau ke sana.” (Belenggu, 2006: 121)
• “Mana perempuan yang baik-baik, suka berkenalan dengan perempuan seperti engkau?” (Belenggu, 2006: 131)
7. Amanat
• Dalam sebuah hubungan percintaan kita dituntut untuk saling menghormati dalam perselisihan dan perang kata, kita harus bisa lebih menahan diri dari pasangan kita.
• Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami dengan tulus dan ikhlas jangan terpaksa dan lebih mengedepankan ego.
• Tidak pantaslah jika seorang isteri pergi sesuka hati tanpa izin dan sepengetahuan suami.


*      Temanya adalah tentang Percintaan.
*      Alurnya adalah alur maju, karena menerangkan kejadian secara berurutan.
*      LatarWaktunya adalah malam hari.
Tabel Perbedaan antara “Novel Kumandanging Katresnandan Novel “Belenggu”.
No
Bentuk
Novel “Kumandanging Katresnan”
Novel “Belenggu”
1.
Latar tempat
di kampung selasari magetan
Dirumah Kartono, Dihotel, Dirumah Rohayah, Di tepi pantai di Priok, Di Bazaar, Di gedung Concours, Pasar Gambir.
2.
Sudut Pandang
orang pertama
orang ketiga




PENUTUP
Sesuai dengan pemaparan di atas penelitian ini lebih memfokuskan pada analisis struktural adalahbagian yang terpenting dalam merebut makna di dalam karya sastra itu sendiri.Peneliti strukturalis biasanya mengandalkan pendekatan egosentrikyaitu pendekatan penelitian yang berpusat pada teks sastra itu sendiri. Analisis struktural adalahpenguraian karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya, atau atas unsur-unsuryang membangunya.Teori struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai
suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara yangsatu dengan yang lainnya. Pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti mungkin masih dianggap kurang sempurna sehingga peneliti mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun sehingga lebih baik.
Berbahasa merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh manusia.Salah satu kegiatan komunikasi tertulis adalah melalui kegiatan apresiasi. Kegiatan mengapresiasi sastra merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah karya sastra yang dibacanya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan bahwa pembelajaran apresiasi sangat penting karena dengan mempelajari sastra maka akan memberikan nilai yang positif bagi para pembacanya. Karya sastra yang termasuk dalam prosa fiksi salah satunya adalah roman.Roman adalah cerita yang melukiskan kronik kehidupan tokoh-tokoh yang rinci dan mendalam.
Unsur-unsur intrinsik yang diapresiasi dalam karya sastra mencakup lapis bentuk dan lapis makna yang terkandung dalam roman tersebut. Kedua novel tersebut yang berjudul Kumandanging Katresnan dan Belenggu yang sama-sama menceritakan tentang percintaan seseorang kepada orang lain.







Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pusat Kurikulum.Departemen Pendidikan Nasional.
Dr.Setya Yuwana Sudikan, MA. 2001. Metode Penelitian. Surabaya: Citra Wacana.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pane, Armjin. 1995. Belenggu. Jakarta: Dian Rakyat.
Sukardayanto. 2010. Sastra Perbandingan. Teori, Metode, dan Implementasi. Semarang: Griya Jawi.
Teguh Supriyanto. 2011. Teori Sastra.
Tjahjono, L. T., 1988. Sastra Indonesia Pengantar Toeri dan Apresiasi. Flores: Nusa Indah.
Yandianto.2004. Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Baru. Bandung: CV. M2S















Lampiran 1

Kumandanging Katresnan
Dening Any Asmara

Pada suatu hari pemuda bernama R. Sukmana yang berumur 19 tahun, merupakan murid M.U.L.O. mempunyai teman bernama R. A. Tien Tisnowati putri solo asli, anaknya R.B. Djajengsubroto pensiunan Wedana Bajalali. Rumahnya di desa Tamtaman, masih ikut darah priyayi luhur keturunan ningrat.Kenalnya R. Sukmana dengan R.A. Tien Tisnowati sudah lama sekali.Dahulu kenalnya pemuda pemudi itu hanya lugu saja. Tetapi lama-kelamaan muncul rasa sayang, akan tetapi hubungan itu tidak direstui oleh keluarga R.A Tien Tisnowati. Dikarenakan R.A. Tien Tisnowati merupakan darah luhur, sedangkan R. Sukmana hanya orang biasa, apalagi anaknya janda yang miskin. Kenyataannya oleh ayahnya R.A. Tien Tisnowati sangat tidak setuju dan tidak merelakan apabila R. Sukmana mempersunting putrinya, malah Sukmana sampai diancam apabila berani jalan berdua dengan anaknya akan dipanggilkan polisi, sejak saat itu Sukmana dan Tien Tisnowati pisah. Tidak lama kemudian R.A Tien Tisnowati menulis surat kepada R. Sukmana. R. Sukmana setelah membaca surat itu menjadi sedih banget, yang isinya R.A Tien Tisnowati akan dijodohkan dengan R.M. Purwodirjo setelah membaca itu, merasa dunia menjadi gelap gulita seperti tubuhnya terasa lemes tidak berdaya, sampai-sampai menangis. R. Sukmana setiap hari hanya melamun tidak nafsu makan. Tubuhnya menjadi kurus karena sangat memikirkan R.A Tien Tisnowati.Sudah 3 hari R.A.Tien Tisnowati menjadi pengantin bersama R.M Purwodirjo pada hari kamis pon di Malang, ketika bertemu pengantin R. Sukmana juga perlu datang di luar pagar bersama orang banyak.Akan tetapi ketika melihat pengantin dijejerkan duduk, R. Sukmana tiba-tiba pingsan, maka dari itu digotong orang banyak kerumahnya.Setelah kejadian itu R. Sukamana hanya tetap melamun di rumah.
Melihat tingkah laku R. Sukmana yang seperti itu ibunya menjadi sangat sedih. Ibunya sudah beberapa kali berbicara kepada anaknya akan tetapi tidak pernah dianggap serius malah di tertawakan saja, ibunya sedih lagi ketika melihat anaknya pikirannya sudah tidak waras sering tertawa sendiri, lama-lama Sukmana kelakuannya kaya orang gila, suatu sore, ketika R. Ngt. Parto Asamara nama ibunya R. Sukmana lagi membatik di belakang, terkejut mendengar pecahan-pecahan dari kamar Sukmana, R. Ngt Parti Asmara tidak enak hatinya kemudian langsung lari. Seperti apa kagetnya ketika masuk kamar anaknya, melihat R. Sukmana sudah mandi darah di mukanya. Sandinya penuh dengan pecahan kaca lemari yang sudah di pecahkan sebelumnya.R. Ngt Partoasmara menjerit terus menangkap anaknya yang sudah tidak bergerak.Ia kemudian digotong dibaringkan di tempat tidur, tidak lama dokter tiba, lalu memeriksa yang lagi tidak sadar. Akan tetapi Sukmana harus segera dibawa ke rumah sakit, karena dari lukanya sudah mengkhawatirkan, dari kepala, apabila tidak cepat-cepat dapat pertolongan bisa membahayakan jiwanya.Sampai satu bulanR. Sukmana terpaksa ada di rumah sakit, lukanya memang sangat membahayakan  dekat dengan otak, setelah Sukmana sembuh, Sukmana minta sekolah lagi dengan ibunya, ibunya membolehkan Sukmana sekolah lagi ke Jogjakarta untuk sekolah gambar, setelah Sukmana sudah lulus kuliah Sukmana pergi ke Bandung ke rumahnya Manggadmaja yang bekerja menjadi klerk di assisten. Manggandaatmaja itu pribadi sangat baik sampai R. Sukmana dianggap seperti keluarga sendiri.Dia mempunyai putri bernama Siti Kurniasih berumur 17 tahun, Siti Kurniasih itu sangat cantik.Pertama R. Sukmana tidak mempunyai rasa apa-apa terhadap Siti Kurniasih, tidak lama kemudian R. Sukmana menjadi punya rasa sayang terhadap Siti Kurniasih.Lama-kelamaan dari restu orang tua Siti Kurniasih kemudian dilamar dan dipersunting oleh R. Sukmana. Setelah satu tahun sesudah  perjodohan kemudian diberi momongan laki-laki, diberi nama Sutrisna. Akan tetapi belum selasai perjodohan ketika Sutrisna sedang menginjak umur setengah tahun, Siti Kurniasih lalu meninggal dunia karena penyakit disentri.
Setelah Sukmana dari Bandung Sukmana pergi ke Sarangan, waktu R. Sukmana ke Sarangan, derah karang anyar, Sukmana ketemu R. A. Tien Tismowati, Sukmana kaget karena R.A. Tien Tismowati tubuhnya terlihat rusak, seperti tidak terurus, kemudian ketemu Tien Tisnowati menceritakan semuanya kepada Sukmana, sampai selesai ketika Tien Tisnowati cerita, air mata terus mengalir seperti hujan. R. Sukmana juga ikut menangis kemudian cerita R.A. Tien Tisnowati meminta tolong kepada R. Sukmana. Permintaannya yaitu  Tien berbicara kepada R. Sukmana, misal Tien Tisnowati tidak lama lagi akan diambil nyawanya oleh yang pencipta. Maka dari itu sebelum diambil, saya mau pasrah kepada kamu, mau menitip anakku ini, karena dariku tidak ada yang bisa dipercaya untuk merawat anakku ini, saya percaya seratus persen apabila anak saya dirawat oleh kamu bisa menjadi orang pertama karena dididik oleh kamu.

Belenggu
Dening Armijn Pane
Dokter Sukartono dengan seorang perempuan berparas ayu, pintar, serta lincah.Perempuan itu bernama Sumartini atau panggilannya Tini.Sebenarnya Dokter Sukartono atau Tono tidak mencintai Sumartini.Demikian pula sebaliknya, Tini juga tidak mencintai Dokter Sukartono.
Mereka berdua menikah dengan alasan masing-masing.Dokter Sukartono menikahi Sumartini karena kecantikan, kecerdasan, serta mendampinginya sebagai seorang dokter adalah Sumartini.Sedangkan Sumartini menikahi Dokter Sukartono karena hendak melupakan masa silamnya.Menurutnya dengan menikahi seorang dokter, maka besar kemungkinan bagi dirinya untuk melupakan masa lalunya yang kelam.Jadi, keduanya tidak saling mencintai.
Karena keduanya tidak saling mencintai, mereka tidak pernah akur.Mereka tidak saling berbicara dan saling bertukar pikiran.Masalah yang mereka hadapi tidak pernah dipecahkan bersama-sama sebagaimana layaknya suami istri.Masing-masing memecahkan masalahnya sendiri-sendiri.Itulah sebabnya keluarga mereka tampak hambar dan tidak harmonis.Mereka sering salah paham dan suka bertengkar.
Ketidakharmonisan keluarga mereka semakin menjadi karena Dokter Sukartono sangat mencintai dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya.Dia bekerja tanpa kenal waktu. Jam berapa saja ada pasien yang membutuhkannya, dia dengan sigap berusaha membantunya. Akibatnya, dia melupakan kehidupan rumah tangganya sendiri.Dia sering meninggalkannya istrinya sendirian dirumah.Ida betul-betul tidak mempunyai waktu lagi bagi istrinya, Tini.
Dokter Sukartono sangat dicintai oleh pasiennya. Dia tidak hanya suka menolong kapan pun pasien yang membutuhkan pertolongan, tetapi ia juga tidak meminta bayaran kepada pasien yang tak mampu. Itulah sebabnya, dia dikenal sebagi dokter yang sangat dermawan.
Kesibukan Dokter Sukartono yang tak kenal waktu tersebut semakin memicu percekcokan dalam rumah tangga. Menurut Suamrtini, Dokter Sukartono sangat egois. Sumartini merasa telah disepelekan dan merasa bosan karena selalu ditinggalkan suaminya yang selalu sibuk menolong pasien-pasiennya.Dia merasa dirinya telah dilupakan dan merasa bahwa derajatnya sebagai seorang perempuan telah diinjak-injak sebagai seorang istri.Karena suaminya tidak mampu memenuhi hak sebagai seorang istri.Karena suaminya tidak mampu memenuhi hak tersebut, maka Sumartini sering bertengkar.Hampir setiap hari mereka bertengkar.Masing-masing tidak mau mengalah dan merasa paling benar.
Suatu hari Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita yang mengaku dirinya sedang sakit keras.Wanita itu meminta Dokter Sukartono datang kehotel tempat dia menginap.Dokter Sukartono pun datang ke hotel tersebut.Setibanya dihotel, dia merasa terkejut sebab pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah dikenalnya sejak kecil.Sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat, Yah adalah teman sekelasnya.
Pada saat itu Yah sudah menjadi janda.Dia korban kawin paksa.Karena tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta dia terjun kedunia nista dan menjadi wanita panggilan.Yah sebenarnya secara diam-diam sudah lama mencintai Dokter Sukartono.Dia sering menghayalkan Dokter Sukartono sebagai suaminya.Itulah sebabnya, dia mencari alamat Dokter Sukartono.Setelah menemukannya, dia menghubungi Dokter Sukartono dengan berpura-pura sakit.
Karena sangat merindukan Dokter Sukartono, pada saat itu juga, Yah menggodanya.Dia sangat mahir dalam hal merayu laki-laki karena pekerjaan itulah yang dilakukannya selama di Jakarta. Pada awalanya Dokter Sukartono tidak tergoda akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, lama kelamaan Dokter Sukartono mulai tergoda akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, lama-kelamaan Dokter Sukartono mulai tergoda. Yah dapat memberikan banyak kasih sayang yang sangat dibutuhkan oleh Dokter Sukartono yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya.
Karena Dokter Sukartono tidak pernah merasakan ketentraman dan selalu bertengkar dengan istrinya, dia sering mengunjungi Yah.Dia mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang kedua.
Lama-kelamaan hubungan Yah dengan Tono diketahui oleh Sumartini.Betapa panas hatinya ketika mengetahui hubungan gelap suaminya dengan wanita bernama Yah.Dia ingin melabrak wanita tersebut.Secara diam-diam Sumartini pergi kehotel tempat Yah menginap.Dia berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan menggangu suaminya.Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh.Kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap.Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah.Tini merasa malu pada Yah.Dia merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya.Dia tidak dapat berlaku seperti Yah yang sangat didambakan oleh suaminya.
Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini mulai berintropeksi terhadap dirinya.Dia merasa malu dan bersalah kepada suaminya.Dia merasa dirinya belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada suaminya.Selama ini dia selalu kasar pada suaminya.Dia merasa telah gagal menjadi Istri.Akhirnya, dia memutuskan untuk berpisah dengan Suaminya.
Permintaan tersebut dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono.Bagaimanapun, dia tidak mengharapkan terjadinya perceraian.Dokter Sukartono meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk mengubah sikapnya.Namun, keputusan istrinya sudah bulat.Dokter Sukartono tak mampu menahannya.Akhirnya mereka bercerai.
Betapa sedih hati Dokter Sukartono akibat perceraian tersebut.Hatinya bertambah sedih saat Yah juga pergi. Yah hanya meninggalkan sepucuk surat yang mengabarkan jika dia mencintai Dokter Sukartono. Dia akan meninggalkan tanah air selama-lamanya dan pergi ke Calidonia.

Dokter Sukartono merasa sedih dalam kesendiriannya.Sumartini telah pergi ke Surabaya.Dia mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu, sedangkan Yah pergi ke negeri Calidonia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar