PERBANDINGAN NOVEL
KUMANDANGING KATRESNAN DAN
NOVEL BELENGGU DALAM TEORI INTERTEKS
Oleh
PENDAHULUAN
Peneliti
memilih novel berbahasa jawa yang berjudul Kumandanging Katresnan Karya Any
Asmara dan novel berbahasa Indonesia yang berjudul Belenggu Karya Armijn Pane
karena novel tersebut perlu dikaji lebih lanjut agar dapat diketahui sejauh
mana perkembangan dan pertumbuhan Sastra Jawa dan Sastra Indonesia dengan
adanya Perbandingan sastra tersebut.
Peneliti
ingin meneliti bagaimana Interteks novel berjudul Kumandanging Katresnan dan
Belenggu?Serta peneliti ingin meneliti bagaimana
implementasi novelberjudul Kumandanging Katresnan karya Any Asmara dan Belenggu
karya Armijn Pane?
Tujuan
peneliti untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan denganInterteks dari novel yang berjudul Kumandanging Katresnan
dan Belenggu serta implementasi dari novel yang
berjudul Kumandanging Katresnan karya Any Asmara dan novel yang berjudul
Belenggu karya Armijn Pane.
Peneliti ingin memberi manfaat untuk
mengetahui dan mengembangkan Interteks di dalam kedua novel tersebut dan untuk
mengetahui dan mengaplikasikan serta dapat memahami Implementasi dari kedua
novel tersebut.
Teori Sastra adalah bidang ilmu sastra yang membicarakan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan hakikat sastra.
Analisis alur merupakan langkah awal untuk memahami cerita rekaan
atau fiksi.Hal ini dimasudkan untuk mengetahui struktur cerita atau susunan
teks.Melalui analisis alur juga diketahui tokoh utama cerita.Hal ini
dimungkinkan karena analisis alur sebenarnya didasarkan pada teori satuan
cerita.Itulah sebabnya, analisis alur menggunakan landasan satuan-satuan
cerita.
Noor menyitir Zaimar (1999:24) menyatakan bahwa uraian teks atas
satuan isi cerita mempunyai bermacam-macam criteria, salah satu diantaranya
adalah makna.Dalam teks, rangkaian semantic dapat dibagi menjadi beberapa
satuan isi cerita yang lazim disebut sekuen, yaitu bagian ujaran yang terbentuk
oleh suatu satuan makna.
Dalam analisis alur, urutan satuan isi cerita dapat dimanfaatkan
sekaligus untuk beberapa keperluan.Secara langsung urutan satuan isi cerita
dapat menunjukkan dua fungsi, yaitu fungsi utama dan katalisator.Fungsi utama
mengarah pada jalan cerita, katalisator menghubungkan fungsi utama.Disamping
itu, analisis satuan isi cerita juga digunakan untuk melihat pusat cerita dan
susunan alur. Pusat cerita akan menuntun kita menentukan tokoh utama, susunan
alur akan menunjukkan bentuk alur berdasarkan hubungan tokoh utama dengan
tokoh-tokoh lain (Zaimar, 1990).
Teori tentang tokoh termasuk dalam pembicaraan unsur intrinsik
suatu karya sastra.Sebagaimana diketahui, teks sastra dapat didekati melalui
teks itu sendiri (intrinsik) maupun melalui luar teks itu sendiri
(ekstrinsik).Pendekatan intrinsik adalah pendekatan dari dalam teks.Maksudnya,
unsur yang ditelaah adalah unsur-unsur dalam cerita.Unsur-unsur itu adalah
alur, tokoh, ruang, dsb.Oleh karena itu, teori yang digunakan adalah
strukturalisme.
Analisis tokoh pada dasarnya adalah analisis ciri-ciri tokoh
sebagaimana terlihat oleh pemandang.Meskipun tokoh cerita bersifat fiktif,
umumnya mereka digambarkan dengan ciri-ciri yang berhubungan dengan kepribadian
(keterangan psikologis dan sosial) serta sikap tingkah laku mereka dalam
tindakan.cirri fisik, mental, dan social adalah ciri-ciri atau tanda yang khas
yang ditampilkan pengarang.Oleh karena itu kritikus harus mampu menemukan
tanda-tanda semiotis tersebut untuk mengungkap tabir yang berhubungan dengan tokoh.
Teori ruang digunakan untuk analisis ruang.sasaran utama analisis
ruang ialah menemukan gambaran ruang dan benda-benda di dalam ruang yang
mempunyai peran dalam mendukung kejelasan gambaran tokoh, terutama untuk
mendiskripsikan gambaran mental tokoh.
Dalam kacamata Goldenstein, yang dimaksud dengan ruang adalah
tempat atau lokasi terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.Ruang tidak
hanya berfungsi sebagai wadah yang terpisah dari isi cerita, tetaapi merupakan
bagian integral cerita.
Zaimar membagi ruang ke dalam dua kategori, yaitu ruang tertutup
dan ruang terbuka.Ruang tertutup menunjuk pada tempat-tempat yang batasannya
secara fisik tampak jelas. Yang termasuk ruang tertutup, misalnya rumah,
ruang-ruang di dalam rumah, kantor, dan sebagainya. Ruang terbuka menunjuk pada
tempat-tempat yang batasannya secara fisik sulit ditentukan, misalnya kota,
taman, jalan, pantai dan sebagainya.
Selain itu, Zaimar juga menyebut benda-benda di dalam ruang, yang
dalam kapasitas tertentu berperan mempertegas mental tokoh.Misalnya,
benda-benda di dalam ruang tertutup yang sering dipakai sebagai pelengkap
adalah tempat tidur, kaca hias, meja makan, pot kembang, telpon, dan lain-lain,
bergantung jenis ruang tertutup yang bersangkutan. Cara tokoh memperlakukan
detil-detil ruang itu dapat memperlihatkan suasana hati tokoh, seperti
kesedihan, kegelisahan, kebimbangan, kekecewaan, kemarahan, dan ketentraman.
Peneliti dalam hal ini menggunakan beberapa pendekatan untuk menganalisis
kedua novel tersebut dan membandingkannya antara lain, yaitu:
A.
Pendekatan Objektif
Pendekatan
objektif menekankan karya sastra sebagai struktur yang sedikit banyaknya bersifat
otonom.Masalah struktur kata sastra pembahasannya didasarkan pada plot, unsur
yang terpenting adalah unsur-unsur yang terpenting adalah unsur-unsur yang
terdapat pada plot.
B.
Pendekatan Parafratis
Pendekatan parafratis yaitu strategi pemahaman kandungan makna dalam
suatu cipta sastra dengan jalan megungkapkan kembali gagasan yang disampaikan
pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan
kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari penggunaan
pendekatan parafratis itu adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau
kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna
yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
C.
Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan
yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca.
D.
Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis diartikan sebagai suatu pendekatan yang berusaha
memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan
ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen-elemen
intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga
mampu membangun adanya keselarasan dan kasatuan dalam rangka membangun
totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
E.
Pendekatan Historis
Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada
pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakng peristiwa kesejarahan yang
melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta tentang
bagimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri
pada umumnya dari zaman ke zaman.
F.
Pendekatan Sosiopsikologis
Pendekatan sosiospsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha
memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun
tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya
ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan.
G.
Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis dinyatakan adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, maupun sikap pengarang terhadap kehidupan.
Dalam
penelitian ini, data yang diambil adalah Novel Kumandanging Katresnan Karya Any
Asmara dan Novel Belenggu Karya Armijn Pane.
Sumber
data yang digunakan yaitu sumber data tulis yang diperoleh dari observasi
pustaka adalah Novel Kumandanging Katresnan Karya Any Asmara dan Novel Belenggu
Karya Armijn Pane.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
teknik baca. dengan teknik baca, penulis membaca buku Novel Kumandanging
Katresnan Karya Any asmara dan buku Novel Belenggu Karya Armijn pane dijadikan
sebagai data penelitian.
Dalam
pengumpulan data digunakan teknik catat.Pencatatan merupakan hal yang sengaja
dilakukan oleh peneliti supaya tidak merasa merasa kesulitan dalam pengumpulan
data.
Teori
yang digunakan untuk menganalisis cerita novel Kumandanging Katresnan Karya Any
Asmara dan Belenggu Karya Armijn Pane dengan teori Interteks.Teknik analisis
data dilakukan dengan menerapkan novel tersebut ke dalam teori Interteks.
A. Unsur intrinsik
1.Tema
Tema novel Kumandanging Katresnan merupakan
novel yang bertema percintaan yang dialami pemuda dimana tokoh dalam
cerita ini bernama R. Sukmana atau R.S.
Ranuasmara
2.
Tokoh
Tokoh dalm novel Kumandanging Katresnan
a. Tokoh
sentral tokoh utama ini di dalam novel kumandangin katresnan yaitu R. S.
Ranuasmara,dimana sukmana mengambarkan watak yang tabah, cepat bangkit,
mempunyai sifat juang yang tinggi, dan berbakti kepada orang tua
“sing kagungan omah mau asmane R.S Ranusmara,
prijajine wis rada sepuh bangsaning umur 50 tahun. Rambute katon putih kaja
kapas.Salirane katon pengkuh gagah. R.S Ranuswara kuwi bijen sawidjining
pelukis wis nate ngumbara nganti tekan endi – endi”(kumandanging katresnan,
halaman 8)
“Sri Endah Wahyuningaih nembe ngerti yen
R.S.Ranuasmara mau tibane R.Sukmana,
priya sing kapedotan katresnan karo ibune”(kumandanging katresnan, halaman 76)
b. R.A. Tein Tisnowati tokah utama wanita berperan
sebagai protagonis yang menggambarkan wanita yang kuat, teguh pendirian dan
tidak mudah putus asa. Sabar.
“aku bareng didakwajarena wong wadon sing ora
bekti marang wong lanang, seneng laku sedeng, krungu stembung sing kasar mau
atiku mrikitik”
(kumandanging katresnan, halaman 68)
“atiku tambah sedih arep ngaturi pirsa ora
wani mula aku trima meneng kanti nganti kebak ing panalangsa, atiku dak sabar –
sabarke, muga – muga kuat nampani goda renjana sing lagi namani atiku,”(Kumandanging
katresnan, halaman 68)
c.Sri Endah wahyuningsih, merupakan Seorang
gadis cantik yang santun dan patuh kepada orang tua
“Sri Endah Wahyuningsih mau rupane sulistya
banget kaya pranakan indo.Pawakane lentjir weweg, pangkulitane kuning ngemu
giring. Katambahan irung ngrunggih, mripate lindri – lindri kaya bintang filim”
(kumandanging katresnan, halaman 8)
d. R Purwodirjo
menggambarkan watak yang antagonis dengan watak kasar, tidak setia dan keras.
“bareng ana banyuwangi nembe oleh 4 sari guru
lakuku kena goda karo wanita saka blmbangan kang mengko semono aku wis ngandung
3 wulan, ja wiwit semana guru lakuku krama ora nate kondur. Atiku sedih banget
awit aku diwayuh gagasaning atika saya nelangsa awakku dewe kang tiba sial.”
(kumandanging katresna, halaman 67)
“guru lakuku bareng dak blakani yen aku wis
ngandung oleh 4 sasi, karepku supaya gelem murungake kersane, nanging mas apa
kedadeane. aku malah didakwa kerana wong
wadon sing ora bekti marang wong lanang, seneng laku sedeng, krungu stembung
sing kasar mau atiku mrikitik”(kumandanging katresnan, halaman 68)
e. Dedeh
Siti Kurniasih seorang gadis yang manis, dan cantik
“Anake mung siji til wadon, djenenge Dedeh
Siti Kurniasih wis prawan diwasa umure 17 th Dedeh Siti Kurniasih iku bocahe
ayu manis”
(kumandanging katresnan, halaman 39)
f. Mbok
Darmo mempunyai sifat baik, suka bercanda dan lucu
“krungu gunemane mbok darmo kaya ngono mau R.
Sukmana mesem ngerti yen lagi disemoni dening mbok darmo sing pancen dasar
wonge lucu , lan wis ngerti menyang lakone R. Sukmana karo bandarane, awit
saben – saben na layang ya mesti metu mbok darmo”(kumandanging katresnan,
halaman 22)
3. Alur
Alur yang digunakan unutuk menulis cerita
kumandanging katresnan yaitu alur maju, karena menerangkan kejadian secara
berurutan.
a. Bagian
awal terdiri dari
a) Paparan : “
ana sawijining dina nomnoman jenenge R. Sukmana umure 19 tahun, murid M.U.L.O.
duwe kanca jenenge R. A. Tien Tisnowati putri sala asli, putrane R.B.
Djajengsubroto pensiunan Wedana Bajalali. Daleme ana kampung tamtaman, isih
darahing priyayi luhur turun ningrat. Kenale R. Sukmana karo R.A Tien Tisnowati
wis lawas banget. Maune kenale nomnoman loro mau yo mung lugu bae.Nanging
lawasing lawas pada tukul rasa katresnan.”
(kumandanging katresnan, halaman 16)
b) Rangsangan :
“R.A. Tien Tisnowati darahing ngaluhur, R. Sukmana mung wong lumrah, tur anak
randha pisan gek ora duwe. Dene nyatane mau bareng kapijarsan dening kangramane
R.A Tien Tisnowati banget dukane lan ora merengake yen R. Sukmana ngaarah
putrine, malah Sukmana nganti di ancam yen wani-wani mlaku bareng karo anake
arep diundangke polisi, yo wiwit iku Sukmana karo Tien Tisnowati pisah."(kumandanging
katresnan, halaman 16)
c) Gawatan /
rising action : “R. Sukmana bareng maca layang mau sedih banget, kang sisine
R.A Tien Tisnowati arep dijodohke karo R.M Purwodirjo bareng maca mau, saka
rumangsa donya banjur dadi katon peteng lelimengan bumi kaya gonjang ganjing
awake krasa lemes lan samplah, wasana saking sedihe nganti nangis. R Sukmana
saben dino mung deleg-deleg memelasi ora doyan mangan, awake tambah kuru marga
saka banget mikire menyang R.A Tien Tisnowati.”(kumandanging katresnan, halaman
19)
b. Bagian
tengah terdiri dari
a) Tikaian :“wis
3 dino R.A Tien Tisnowati sida dadi temanten karo R.M Purwodirjo ing dinten
kamis pon ing malang, nalika temuning
penganting R. Sukmana uga merlokake teka nonton saka sadjabane pager karo wong
akeh. Nanging bareng weruh penganten dijejerake lungguh, R.Sukmana ambruk ora
eling, mulihe di dadabjang – dabjang wong akeh. Wiwit bar kuwi iku R. Sukaman
bandjur deleg – deleg bae ono ngomah.”
(Kumandanging katresnan, halaman 35)
b) Rumitan :”weruh
tindakane R.Sukmana sing kaya mengkono mau ibune sedih banget. Ibune wis
kaping-kaping ibune ngandani menyang anakne nanging saiki ora pernah digugu
malah digeguyu bae, saya sedih meneh weruh amake pikirane rodok ra waras sering
gemuyu dewe.”(kumandanging katresnan, halaman 35)
c) Klimaks : “saya
suwe sukmana soyo rusak kelakuane koyo wong owah kae, sawijining dina wayah
sore, nalika semono R. Ngt. Parto Asamara asmane ibune R. Sukmana lagi mbatik
ana buri, kaget krungu suwara mak keompyang binarenganlan swaraning barang
anteb tiba pernahe ana kamare Sukmana, R.Ngt partoasmara ora kepenak atine
banjur enggal – enggal mlayoni. Kaya ngopo kagete bareng mlebu kamare anake
mau, weruh R.Sukmana wis adus getih raine, njrababah ora obah-obah ana djogan.
Sandinge kebak pecahan kaca lemari kang wes ambyar dadi sewalang – walang.
R.Ngt Partoasmara njerit terus ngrungkepi anake sing wes ra obah – obah. R.Ngt
Partoasmara enggal – enggal dijunjung diturukake menyang dipan, ora suwe dokter
teko, terus mriksa sing lagi podo ra eling mau. Nanging sukmana kudu enggal –
enggal digowo menyang rumah sakit, awit tatune rodok nguwatiri, awit ana sirah,
yen ora enggal – enggal entuk pitulungan bisa membahayani jiwane.Nganti sewulan
R. Sukmana kapeksa teturunan ana rumah sakit tatune pancen bebahayani banget
cedak karo otak.”
(kumandanging katresnan, halaman 36)
c. Bagian
akhir teridiri dari
a) leraian
(falling action) : “sukmana jaluk sekolah meneh marang ibune, sakbanjure ibune
menehi restu sukmana mangkat menyang jogjakarta sekolah gambar, bareng Sukmana
wis lulus kuliyahe Sukmana banjur menyang bandung kang manggon ana omahe
manggadmaja kang nyambut gawe dadi klerk ana asistenan. Mang Gandaatmaja iku
priyayine apik banget nganti R.Sukmana ngenti dianggep koyo keluargane
dewe.Mang Gandaatmaja duwe putri jenenge Siti Kurniasih umure 17 tahun, dede
Siti Kurniasih kuwi bocahe ayu. Maune R. Sukmana ora duwe rasa apa – apa karo
Siti Kurniasih, ora let suwe R. Sukmana banjur duwe rasa katresnan marang Siti
Kurniasih. Suwening – suwe, lam oleh palilahe wong tuwane sakarone dede Siti
Kurniasih banjur di pek bojo. Bareng let sathun anggone jejodohan banjur
pinaringan momongan lanang, dijenengake Sutrisna. Nanging durung tutug enggone
jejodohan nalika Sutrisna lagi umur setengah tahun. Dedeh Kurniasih banjur
tinggal donya, merga lara disentri.”(kumandanging katresnan, halaman 37)
b) selesaian :
“pas R. Sukmana menyang sarangan, derah keranganyar, Sukmana ketemu, sukaman
kaget amarga R.A. Tien Tismowati awake katon rusak, koyo ra keurus, banjur
ketemu Tien Tisnowati nyritakne kabeh marang Sukmana, tekan semono rampung Tien
Tisnowati anggone crita, luhe terus metu kaya udan. R. Sukmana melu ngondok –
ondok mbrebes eluhe mili, banjur cerito R.A. Tien Tisnowati banjur nyuwun
panjaluk marang R. Sukmana. Panjaluke R.A. Tien Tisnowati yaiku Tien matur karo
R. Sukmana, mbok menawa Tien ora suwe meneh bakal dipundut karo sing gawe urip.
Mula sadurunge aku dipundut, aku arep pasrah menyang panjenegan, arep titip
anakku iki, awit saka panjawaku ora ana meneh sing dak percaya ngrumat anakku
iki,aku percaya seratus persen yen anakkuing tembe burine bakal bisa dadi wong
kang utama yen oleh didikan panjenengan.”
c) penyelesaian
: “ yen kowe maca layang iki bapak wis oara ana ing alam donya bali menyang
ngarsane kang Maha Agung. Sapungkurku dak dongakake slamet sakabehe” (kumandanging
katresnan, halaman 86)
Setelah Susilo dan Sri Endah Wahyuningsih tau
bahwa mereka bukan saudar sekandung maka mereka menikah
“panggonane clana flanel lan hem putih lengen
dawa mawa dasi biru . sisihe kenja kang ayu luwes gandes pawakame cilik ramping
singset weweg, panggonane klambi sutra biru kembang putih ceplok – ceplok,
jarike gandasuli, teka muwuhi pantese lungguhe mepet kaya ora kena pisah, dene
sing lenggah ana buri piyayi sekalian wis sepuh, sing kakung umure bangsane 70
tahun dene sing putri 60 tahun. Priyayi sing nunggang motor mau ora liya. Dr,
Susilo karo Rr. Sri Endah Wahyuningsih kang saiki wis dadi garwane nembe oleh 3
sasi, dadi nedeng – nedenge sing pada pepasihan” (kumandanging katresnan,
halaman 93-94)
4. latar (
setting )
a. latar
tempat
Dalam novel yang berjudul kumandanging
katresnan latar tempatnya terjadi di kampung selasari magetan dimana disana ada
rumah kecil tapi sederhana, ayem tentrem, depan rumahnya ada jalan besar. Rumah
tadi model baru, mempunyai halaman yang
luas.
“ing kampung selasari magetan katon ana
sawidjining omah gedong tjilik, asri peni ngarepake dalan gedhe. Omah mau
gagarag model anyar, kinubengan ing pekarangan kang djembar bawera.Ing
sangarepe omah kiwa tengene ana tanaman kang tinanduran kembang maneka warna,
nedeng – nedeng magar ndadali, gangun bunder, tandurane tinata radjin lan
tjekli, tur diupakara kanti betjik – betjik.”
(kumandanging katresnan, halaman 7)
b. Latar waktu
Pada saat malm beikutnya sekitar jam 8 nan,
harinya malam jumat kliwon. Mulai selesai magrib Sri Endah Wahyuningsih duduk
menemani bapaknya sambil mijitin kaki bapaknya.
“nudju sawidjining bengi wajah djam wolunan,
dinane malem djumuah kliwon. Wiwid bakda magrib Sri Endah Wahyuningsing”
(kumandanging katresnan, halaman 11)
5. Poin of view
( sudut pandang )
Dalam novel yang berjudul Kumandanging
katresnan pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama aku. Dimana penulis
menampilkan tokoh dengan meyebutkan nama atau kata gantinya : aku
“ - jenenge sapa jeng putramu ?
Durung dak wenehi jeneng mas. Lha kang mas
teka dadi ngerti yen aku ana kene sapa sing ngaturi pirsa ?
-Ora ana jeng. Dhek mau aku lagi keneneran nyambut gawe ana sacedaking omah iki “ (kumandanging
katresnan, halaman 55)
6. Gaya Bahasa
gaya bahasa yang digunakan:
a.
lambene kang abang maja – maja.
(kumandanging katresanan, halaman 44)
b. bengine
peteng dedet. (kumandanging katresnan, halaman 28)
7. Amanat
Pesan yang ingin disampaikan penulis dalam
novel ini yaitu segala sesuatu membutuhkan pengorbanan. Kita sebagai manusia
hanya bisa berencana, berharap dan berusaha semaksimal mungkin, tetapi semua
kehendak bergantung pada sang khaliq.
A. Unsur Intrinsik
1.Tema
Novel
ini lebih dominan menceritakan tentang percintaan antara Sukartono, Sumartini,
dan Rohayah.
2.Alur
Alur pada novel ini menggunakan alur maju.
Alur pada novel ini menggunakan alur maju.
a.Tahap
Perkenalan
Tahap
perkenalan dimulai dengan pengenalan tokoh-tokohnya. Dokter Sukartono, seorang
dokter yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai dokter yang professional
karena giat dalam bekerja dan ramah kepada pasien-pasiennya. Dia menikah dengan
seorang gadis cantik bernama (Sumartini).Tetapi rumah tangganya tidak harmonis
karena sering beradu mulut.Dokter Sukartono sibuk dengan pekerjaannya,
sementara Sumartini hanya menjaga telpon dan menulis blocnote jika ada pasien
yang meminta pertolongan suaminya.Diperkenalkan pula Rohayah seorang wanita
korban kawin paksa dan dia menjadi wanita panggilan.(Belenggu, 2006:17-18
b.Tahap
Perumitan/Awal Masalah
Dimulai
saat Rohayah berpura-pura sakit. Pada awalnya Rohayah terkenal dengan sebutan
Ny. Eni, karena ingin bertemu dengan Tono, dia berpura-pura sakit dan meminta
Dr. Sukartono untuk memeriksanya.Saat itu dia tinggal disebuah hotel.
Rohayah
dan Sukartono semakin akrab, sehingga timbuhlah perasaan cinta pada diri
Sukartono.Rohayah sebenarnya sudah lama mengenal Sukartono, karena Sukartono
adalah tetangganya waktu masih tinggal di Bandung dulu.Akhirnya, Yah
memberitahukan hal itu.Hubungan mereka semakin dekat, Tono sering mengajak
Rohayah jalan-jalan.Pada waktu itu pula hubungan Tono dan Tini mulai
renggang.Tono jarang dirumah, Tini tak mengerti mengapa suaminya berubah
secepat itu. (Belenggu, 2006:18-78)
c.TahapKlimaks
Tahap ini dimulai ketika Tono
semakin yakin Rohayah bisa memberikan kasih sayang yang sesungguhnya dan selama
ini belum didapatkannya dari isterinya.Tono
merasa tidak tentram berada dirumahnya, dia lebih merasa nyaman dirumah Yah dan
dia menganggap Rumah Yah sebagai rumah keduanya.Hubungan gelap ini diketahui
Tini.Sumartini merasa sangat marah mengetahui hubungan mereka.Sumartini pun
berangkat mencari kediaman Rohayah bermaksud memaki Rohayah dan meluapkan semua
kekesalannya.(Belenggu, 2006:130)
d.Tahap
Peleraian
Peleraian
dimulai ketika Tini sudah bertatap muka langsung dengan Rohayah. Dia merasa
sudah gagal menjadi seorang isteri. (Belenggu, 2006:133-136)
e.Tahap Penyelesaian
Tahap
akhirnya ketika Sumartini merasa mantap untuk berpisah dengan Sukartono.Pada
awalnya Sukartono tidak mau mengabulkannya, karena apapun yang terjadi Tono
tidak mau ada perceraian dalam rumah tangganya.Namun Tini tetap bersikeras.Akhirnya
mereka sepakat untuk bercerai.
Hati
Sumartono sangat sakit karena perceraian tersebut.Hatinya semakin sakit setelah
mengetahui Rohayah juga meninggalkannya.
Tono dan Tini berpisah, mereka tidak dapat mempertahankan kehidupan rumah
tangga mereka, dan Yah pun pergi ke Kaledonia Baru meninggalkan Tono, orang
yang dicintainya itu. (Belenggu, 2006:136-150)
3.Latar
a.Latartempat :
a.Latartempat :
Dirumah Kartono, sebagai contoh terdapat pada :
Seperti
biasa, setibanya dirumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil,
di ruang tengah, dibawah tempat telepon.
Dihotel, sebagai contoh terdapat pada :
Dokter
Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah hotel itu, dia merasa heran
sedikit.
“Masuk
saja ke pekarangan, tuan dokter?”
“Masuklah,”
kata Sukartono dengan agak bimbang.
Ketika
mobil berhenti di sisi tangga, seorang yang berpakaian uniform berdiri disisi
mobil, sambil mengangguk.
“Ini
nomor 45?” tanya Abdul, lalu keluar.
“Benar,
nyonya Eni sudah menunggu.”
Dirumah Rohayah, sebagai contoh terdapat pada :
Sehabis
payah praktijk, Kartono biasalah pergi kerumahnya yang kedua akan melepaskan
lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah pula dia acapkali membaca
majalah dan bukunya yang perlu dibaca, sedang Yah lagi asyik merenda.
Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada :
Entah
bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok. Dia
terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas gelombang.Terang-terang
gelap diatas air.
Di Bazaar, sebagai contoh terdapat pada :
Sudah
pukul delapan malam.Bazaar sudah dibuka tadi pukul tujuh oleh nyonya Sumarjo
dengan pidato yang ringkas dan tepat.
Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh terdapat pada :
Begitu
juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong perempuan.Sesampainya
didalam gedung, concours sudah hendak mulai baik diluar, maupun didalam penuh
sesak dengan penonton.
b.
Latar waktu :
Malam hari, sebagai contoh terdapat pada :
Sukartono
duduk membaca, lampu meja disebelah
kirinya, terang diatas buku itu, mukanya sendiri gelap.Dul
baru keluar, baru minta permisi pulang.Hari sudah pukul Sembilan malam
c.
Latar suasana :
Jengkel, sebagai contoh terdapat pada :
Dihampirinya
isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: “Aku pergi…..” Itu saja
yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa
dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
Sedih, penuh penyesalan, sebagai contoh terdapat pada :
Sesuaikah
pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa. Bukan sudah tidak,
tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum berpisah, kalimat itu
berulang-ulang dalam pikirannya, air matanya titik, membasahi banta.Lama
kelamaan dia tertidur.
Marah, sebagai contoh terdapat pada :
“Suaramu
palsu Yah, seperti didalam hatimujuga bohong belaka.Sangkaku engkau jujur,
engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu perempuan semuanya pemain tonil. Tidak
ada yang benar, yang jujur pada tubuhmu, dalam hatimu.”
4.
Sudut pandang
Sudut
pandang pada novel Belenggu, si penulis yaitu Armijn Pane tidak menceritakan
tentang dirinya, melainkan dia menceritakan orang lain. Bisa dikatakan, penulis
berperan sebagai orang ketiga.Pengarang tidak terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung di dalam cerita itu.
5.
Tokoh
Sukartono
: baik, sangat mencintai pekerjaannya, penyayang, sabar, dan penyuka lagu
keroncong terutama lagu yang dinyanyikan Siti Hayati.
Sumartini
: wanita modern, mandiri, memiliki ego yang tinggi, dan cepat gusar.
Rohayah
: wanita yang lemah lembut,cerminan isteri idaman Sukartono, dan penuh
perhatian.
6.
Bahasa
Bermajas
dan berdiksi
1.Majas
Personifikasi
•
Matanya tetap melihat pada satu tempat saja, karena perhatiannya seolah-olah
meraba-raba dalam pikirannya. .(Belenggu, 2006:18)
•
Tiada tampak oleh Sukartono cahaya tanda girang yang mengerlip dalam mata
perempuan itu. (Belenggu, 2006:20)
•
“Hatinya hendak membacanya, hendak membaca olokannya.” (Belenggu, 2006:31)
•
Karena itu terbit ingin hatinya menduga hati perempuan itu. .(Belenggu,
2006:30)
•
Tiada kuketahui, timbul juga namamu dengan tiada kuketahui, karena
bayang-bayangan ingatan yang tergambar pada air mukamu. .(Belenggu, 2006:49)
•
Kalau engkau mengenal aku dahulu, benar-benar kenal, bukan kenal-kenal saja,
engkaupun tahu, mestilah tahu, didalam hatiku dingin, seperti es.(Belenggu,
2006:61)
•
Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan jiwanya, memegang
jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan jatuh kedalam air.
(Belenggu,
2006:62)
•
Dia merasa bimbang, pertanyaan yang demikian kerap kali terbit dalam
pikirannya. (Belenggu, 2006:67)
•
“Tini gunung berapi yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak complicate.”(Belenggu,
2006:67)
•
“Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah, hendak
memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-riak.”(Belenggu, 2006:73)
•
Yah terkejut melihat mukanya yang gelap itu.(Belenggu, 2006:73)
•
Air muka ini akan serasa-rasa terperas karena merasa sedih.
Metafora
•
Ingatannya melayang lagi kerumah yang baru dikunjunginya.Perempuan tambun, tegap
sikapnya, dikepalanya seolah-olah kembang melati putih, karena rambutnya yang
sudah beruban itu. (Belenggu,2006:16)
•
“Mengapa,” Sukartono tiada meneruskan pertanyaan itu, karena tiba-tiba dalam
pikirannya seolah-olah fajar menyinsing. (Belenggu, 2006:27)
•
Tono, engkau bimbang. Zaman dahulu hendak kau ketahui juga.Tono, tidak semua
zaman dahulu merusuhkan hati, tidak semua tiada baik diingat, tapi ada jua yang
seolah-olah bintang pagi bersinar-sinar dalam hati. (Belenggu, 2006:47)
•
“Karena teringat akan zaman dahulu teringat akan kasih sayang lama, ibarat
tertampung oleh tangan ingatan zaman dahulu itu.”(Belenggu, 2006:51)
•
Persahabatan kita tiada sempat berputik, menjadi bunga, berkembangkan kasih
sayang. (Belenggu, 2006:51)
•
“Yang sambil memanah hatinya sendiri, tetapi tiada diketahui oleh Aminah, tiada
maklum panah itu bertimbal balik.” (Belenggu, 2006:52)
•
Kartono melihat sikap Tini menggerendeng pula, seolah-olah harimau tertangkap,
maka hatinya makin tenang. (Belenggu, 2006:59)
•
”Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal aku.”Memang Tini
susah diduga. Licin sebagai belut. (Belenggu, 2006:60)
• Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang
meninggi di tepi pantai, berbahaya bagi kapal menghampirinya. (Belenggu,
2006:65)
•
Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air seteguk
menghilangkan haus, tetapi hausnya belum juga hilangsama sekali.
(Belenggu,
2006:75)
•
Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka simpulan dalam
pikirannya, tiba-tiba terdengar suara. (Belenggu, 2006:75)
•
“Jujur katamu?Kejujuran bohong. Bidadari ialah setan, setan ialah bidadari….. engkau,
siapakah engkau?” Yah tersenyum, karena mendengar lagu suara Tono sudah
berubah.Katanya: “Bidadari untuk engkau setan bagi orang lain.”
(Belenggu, 2006:121)
Hiperbola
•
“Sukartono terkejut, memandang kearah isterinya, tetapi ia sudah berpaling
lagi, menuju ke kamar tidur.Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata
marah dari mulutnya. (Belenggu, 2006:19)
•
Didalam kamar sudah tiada tahan lagi, serasa sempit, meskipun kamarnya itu
masuk kamar yang terbesar dalam hotel itu. (Belenggu, 2006:26)
•
“Hilanglah mimpiku, jatuhlah aku lagi ke lembah, ke lembah kebenaran hidupku
dahulu.Ingatlah mereka yang putus asa di Priok?Demikianlah nanti hidupku, lama
kelamaan kami menjadi demikian.Barang lama turun harga, tiap-tiap tahun datang
model baru.”Katanya dengan masam. (Belenggu, 2006:38)
•
“Karena, Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?”
(Belenggu, 2006:48)
•
“Air mata yang membendung hatiku telah mengalir, tidakah engkau ingat Rohayah?”
(Belenggu, 2006:48)
•
Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan banyaknya.
(Belenggu,
2006:48)
•
Kalau dicobanya menduga lebih dalam, jalan pikirannya tertumbuk, seperti cintanya
tertumbuk batu karang, pada besi…… pada lapisan es yang terlingkup pada hati
jiwa Tini. (Belenggu, 2006:66)
•
Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela binasa.
(Belenggu,
2006:70)
•
Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras, badannya membungkuk,
mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah mengalir ke roda mobil, memutar
roda biar cepat secepatnya. (Belenggu, 2006:73)
•
Pikirannya seolah-olah tertutup, seolah-olah pikirannya hilang, sebagai dalam
mimpi, didalam hatinya seolah-olah meluas, memadamkan pikiran. Tiada lagi suara
didalam hatinya, tiada lagi suara lain dari suara luar, lain daripada suara
kekasihnya itu.
Ironi
•
Sekarang banyak yang cemburu melihat prakteknya maju, disegani lagi disukai
orang.
Kata
orang: “Dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup
membayar,dia lupa mengirim rekening.”
“Tetapi
,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam,suka juga.” (Belenggu,
2006:24)
•
“Ada apa, sebanyak ini tamu kami sekali ini?”
“Bukankah
biasa menerima tamu banyak-banyak?” kata puteri Aminah berolok-olok.“Bukankah
lebih banyak tamu, lebih senang?” (Belenggu, 2006:42)
•
“Mengapa?” tanya Mardani.
“Bukan
tingkahnya hendak menarik mata laki-laki saja?”
Mardani
tersenyum, merasa puteri Kartini cemburu. Katanya, hendak berolok-olok: “Ah
bukanlah salahnya kalau mata laki-laki tertarik. Memang sudah dasarnya…….”
“Itulah
yang tiada baik itu, sudah dasarnya!” (Belenggu, 2006:83)
•
“Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit seni, tentu
tiada akan menjadi dokter.Sekarang penyakitnya itu sudah sembuh.”
(Belenggu,
2006: 24)
•
“Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan?” (Belenggu, 2006: 42)
•
“Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini.”
(Belenggu,
2006: 44)
•
“Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?”
(Belenggu,
2006: 48)
•
“Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah.” (Belenggu, 2006: 52)
• “Coba angan-angankan, jiwa digantung!Mari
tuan-tuan, nyonya, disini ada jiwa digantung.” (Belenggu, 2006: 115)
•
“Sipatmu tidak dapat berubah, kerbau suka juga kepada kubangan.Dalam lumpur
tempatmu, kembalilah engkau ke sana.” (Belenggu, 2006: 121)
•
“Mana perempuan yang baik-baik, suka berkenalan dengan perempuan seperti
engkau?” (Belenggu, 2006: 131)
7.
Amanat
•
Dalam sebuah hubungan percintaan kita dituntut untuk saling menghormati dalam
perselisihan dan perang kata, kita harus bisa lebih menahan diri dari pasangan
kita.
•
Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami dengan tulus dan ikhlas jangan terpaksa
dan lebih mengedepankan ego.
•
Tidak pantaslah jika seorang isteri pergi sesuka hati tanpa izin dan
sepengetahuan suami.
Implementasi
NovelKumandanging Katresnan Karya Any Asmara Dan Belenggu Karya Armijn Pane, antara lain yaitu:
Temanya adalah
tentang Percintaan.
Alurnya adalah
alur maju, karena menerangkan kejadian secara berurutan.
LatarWaktunya
adalah malam hari.
Tabel Perbedaan antara “Novel Kumandanging Katresnandan
Novel “Belenggu”.
No
|
Bentuk
|
Novel “Kumandanging Katresnan”
|
Novel “Belenggu”
|
1.
|
Latar tempat
|
di
kampung selasari magetan
|
Dirumah
Kartono, Dihotel, Dirumah Rohayah, Di tepi pantai di Priok, Di Bazaar, Di gedung
Concours, Pasar Gambir.
|
2.
|
Sudut Pandang
|
orang
pertama
|
orang
ketiga
|
PENUTUP
Sesuai dengan pemaparan di atas penelitian ini lebih memfokuskan pada analisis struktural
adalahbagian yang terpenting dalam merebut makna di dalam karya sastra itu sendiri.Peneliti strukturalis biasanya mengandalkan pendekatan
egosentrikyaitu pendekatan penelitian yang berpusat pada teks sastra itu
sendiri. Analisis struktural adalahpenguraian karya sastra atas bagian-bagian
atau norma-normanya, atau atas unsur-unsuryang membangunya.Teori struktural
adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai
suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang
saling berkaitan antara yangsatu dengan yang lainnya. Pembahasan yang telah
dilakukan oleh peneliti mungkin masih dianggap kurang sempurna sehingga
peneliti mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun sehingga lebih
baik.
Berbahasa merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan oleh manusia.Salah satu kegiatan komunikasi tertulis adalah melalui
kegiatan apresiasi. Kegiatan
mengapresiasi sastra merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk
mengetahui unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah karya sastra yang
dibacanya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dijelaskan bahwa pembelajaran apresiasi sangat penting karena dengan
mempelajari sastra maka akan memberikan nilai yang positif bagi para
pembacanya. Karya sastra yang termasuk dalam prosa fiksi salah satunya adalah
roman.Roman adalah cerita yang melukiskan kronik kehidupan tokoh-tokoh yang
rinci dan mendalam.
Unsur-unsur intrinsik yang diapresiasi dalam
karya sastra mencakup lapis bentuk dan lapis makna yang terkandung dalam roman
tersebut. Kedua novel tersebut yang berjudul Kumandanging Katresnan dan
Belenggu yang sama-sama menceritakan tentang percintaan seseorang kepada orang
lain.
Aminudin. 2004. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.
Depdiknas. 2006. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Pusat Kurikulum.Departemen Pendidikan Nasional.
Dr.Setya Yuwana Sudikan, MA. 2001. Metode Penelitian. Surabaya: Citra Wacana.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pane, Armjin. 1995.
Belenggu. Jakarta: Dian Rakyat.
Sukardayanto. 2010. Sastra
Perbandingan. Teori, Metode, dan Implementasi. Semarang: Griya Jawi.
Teguh Supriyanto. 2011. Teori Sastra.
Tjahjono, L. T., 1988. Sastra Indonesia Pengantar Toeri dan Apresiasi. Flores: Nusa Indah.
Yandianto.2004. Apresiasi
Karya Sastra dan Pujangga Baru. Bandung: CV. M2S
Kumandanging Katresnan
Dening
Any Asmara
Pada suatu hari pemuda bernama R.
Sukmana yang berumur 19 tahun, merupakan murid M.U.L.O. mempunyai teman bernama
R. A. Tien Tisnowati putri solo asli, anaknya R.B. Djajengsubroto pensiunan
Wedana Bajalali. Rumahnya di desa Tamtaman, masih ikut darah priyayi luhur
keturunan ningrat.Kenalnya R. Sukmana dengan R.A. Tien Tisnowati sudah lama
sekali.Dahulu kenalnya pemuda pemudi itu hanya lugu saja. Tetapi lama-kelamaan
muncul rasa sayang, akan tetapi hubungan itu tidak direstui oleh keluarga R.A
Tien Tisnowati. Dikarenakan R.A. Tien Tisnowati merupakan darah luhur,
sedangkan R. Sukmana hanya orang biasa, apalagi anaknya janda yang miskin.
Kenyataannya oleh ayahnya R.A. Tien Tisnowati sangat tidak setuju dan tidak
merelakan apabila R. Sukmana mempersunting putrinya, malah Sukmana sampai
diancam apabila berani jalan berdua dengan anaknya akan dipanggilkan polisi,
sejak saat itu Sukmana dan Tien Tisnowati pisah. Tidak lama kemudian R.A Tien
Tisnowati menulis surat kepada R. Sukmana. R. Sukmana setelah membaca surat itu
menjadi sedih banget, yang isinya R.A Tien Tisnowati akan dijodohkan dengan
R.M. Purwodirjo setelah membaca itu, merasa dunia menjadi gelap gulita seperti
tubuhnya terasa lemes tidak berdaya, sampai-sampai menangis. R. Sukmana setiap
hari hanya melamun tidak nafsu makan. Tubuhnya menjadi kurus karena sangat
memikirkan R.A Tien Tisnowati.Sudah 3 hari R.A.Tien Tisnowati menjadi pengantin
bersama R.M Purwodirjo pada hari kamis pon di Malang, ketika bertemu pengantin
R. Sukmana juga perlu datang di luar pagar bersama orang banyak.Akan tetapi
ketika melihat pengantin dijejerkan duduk, R. Sukmana tiba-tiba pingsan, maka
dari itu digotong orang banyak kerumahnya.Setelah kejadian itu R. Sukamana hanya
tetap melamun di rumah.
Melihat tingkah laku R. Sukmana
yang seperti itu ibunya menjadi sangat sedih. Ibunya sudah beberapa kali
berbicara kepada anaknya akan tetapi tidak pernah dianggap serius malah di
tertawakan saja, ibunya sedih lagi ketika melihat anaknya pikirannya sudah
tidak waras sering tertawa sendiri, lama-lama Sukmana kelakuannya kaya orang
gila, suatu sore, ketika R. Ngt. Parto Asamara nama ibunya R. Sukmana lagi
membatik di belakang, terkejut mendengar pecahan-pecahan dari kamar Sukmana, R.
Ngt Parti Asmara tidak enak hatinya kemudian langsung lari. Seperti apa
kagetnya ketika masuk kamar anaknya, melihat R. Sukmana sudah mandi darah di
mukanya. Sandinya penuh dengan pecahan kaca lemari yang sudah di pecahkan
sebelumnya.R. Ngt Partoasmara menjerit terus menangkap anaknya yang sudah tidak
bergerak.Ia kemudian digotong dibaringkan di tempat tidur, tidak lama dokter
tiba, lalu memeriksa yang lagi tidak sadar. Akan tetapi Sukmana harus segera
dibawa ke rumah sakit, karena dari lukanya sudah mengkhawatirkan, dari kepala,
apabila tidak cepat-cepat dapat pertolongan bisa membahayakan jiwanya.Sampai
satu bulanR. Sukmana terpaksa ada di rumah sakit, lukanya memang sangat
membahayakan dekat dengan otak, setelah Sukmana sembuh, Sukmana minta
sekolah lagi dengan ibunya, ibunya membolehkan Sukmana sekolah lagi ke
Jogjakarta untuk sekolah gambar, setelah Sukmana sudah lulus kuliah Sukmana
pergi ke Bandung ke rumahnya Manggadmaja yang bekerja menjadi klerk di
assisten. Manggandaatmaja itu pribadi sangat baik sampai R. Sukmana dianggap
seperti keluarga sendiri.Dia mempunyai putri bernama Siti Kurniasih berumur 17
tahun, Siti Kurniasih itu sangat cantik.Pertama R. Sukmana tidak mempunyai rasa
apa-apa terhadap Siti Kurniasih, tidak lama kemudian R. Sukmana menjadi punya
rasa sayang terhadap Siti Kurniasih.Lama-kelamaan dari restu orang tua Siti
Kurniasih kemudian dilamar dan dipersunting oleh R. Sukmana. Setelah satu tahun
sesudah perjodohan kemudian diberi momongan laki-laki, diberi nama
Sutrisna. Akan tetapi belum selasai perjodohan ketika Sutrisna sedang menginjak
umur setengah tahun, Siti Kurniasih lalu meninggal dunia karena penyakit
disentri.
Setelah Sukmana dari Bandung
Sukmana pergi ke Sarangan, waktu R. Sukmana ke Sarangan, derah karang anyar,
Sukmana ketemu R. A. Tien Tismowati, Sukmana kaget karena R.A. Tien Tismowati
tubuhnya terlihat rusak, seperti tidak terurus, kemudian ketemu Tien Tisnowati
menceritakan semuanya kepada Sukmana, sampai selesai ketika Tien Tisnowati
cerita, air mata terus mengalir seperti hujan. R. Sukmana juga ikut menangis
kemudian cerita R.A. Tien Tisnowati meminta tolong kepada R. Sukmana.
Permintaannya yaitu Tien berbicara kepada R. Sukmana, misal Tien
Tisnowati tidak lama lagi akan diambil nyawanya oleh yang pencipta. Maka dari
itu sebelum diambil, saya mau pasrah kepada kamu, mau menitip anakku ini,
karena dariku tidak ada yang bisa dipercaya untuk merawat anakku ini, saya
percaya seratus persen apabila anak saya dirawat oleh kamu bisa menjadi orang
pertama karena dididik oleh kamu.
Belenggu
Dening
Armijn Pane
Dokter Sukartono dengan seorang perempuan
berparas ayu, pintar, serta lincah.Perempuan itu bernama Sumartini atau
panggilannya Tini.Sebenarnya Dokter Sukartono atau Tono tidak mencintai
Sumartini.Demikian pula sebaliknya, Tini juga tidak mencintai Dokter Sukartono.
Mereka berdua menikah dengan alasan
masing-masing.Dokter Sukartono menikahi Sumartini karena kecantikan,
kecerdasan, serta mendampinginya sebagai seorang dokter adalah
Sumartini.Sedangkan Sumartini menikahi Dokter Sukartono karena hendak melupakan
masa silamnya.Menurutnya dengan menikahi seorang dokter, maka besar kemungkinan
bagi dirinya untuk melupakan masa lalunya yang kelam.Jadi, keduanya tidak
saling mencintai.
Karena keduanya tidak saling mencintai,
mereka tidak pernah akur.Mereka tidak saling berbicara dan saling bertukar
pikiran.Masalah yang mereka hadapi tidak pernah dipecahkan bersama-sama
sebagaimana layaknya suami istri.Masing-masing memecahkan masalahnya
sendiri-sendiri.Itulah sebabnya keluarga mereka tampak hambar dan tidak
harmonis.Mereka sering salah paham dan suka bertengkar.
Ketidakharmonisan keluarga mereka semakin
menjadi karena Dokter Sukartono sangat mencintai dan bertanggung jawab penuh
terhadap pekerjaannya.Dia bekerja tanpa kenal waktu. Jam berapa saja ada pasien
yang membutuhkannya, dia dengan sigap berusaha membantunya. Akibatnya, dia
melupakan kehidupan rumah tangganya sendiri.Dia sering meninggalkannya istrinya
sendirian dirumah.Ida betul-betul tidak mempunyai waktu lagi bagi istrinya,
Tini.
Dokter Sukartono sangat dicintai oleh
pasiennya. Dia tidak hanya suka menolong kapan pun pasien yang membutuhkan
pertolongan, tetapi ia juga tidak meminta bayaran kepada pasien yang tak mampu.
Itulah sebabnya, dia dikenal sebagi dokter yang sangat dermawan.
Kesibukan Dokter Sukartono yang tak kenal
waktu tersebut semakin memicu percekcokan dalam rumah tangga. Menurut
Suamrtini, Dokter Sukartono sangat egois. Sumartini merasa telah disepelekan
dan merasa bosan karena selalu ditinggalkan suaminya yang selalu sibuk menolong
pasien-pasiennya.Dia merasa dirinya telah dilupakan dan merasa bahwa derajatnya
sebagai seorang perempuan telah diinjak-injak sebagai seorang istri.Karena
suaminya tidak mampu memenuhi hak sebagai seorang istri.Karena suaminya tidak
mampu memenuhi hak tersebut, maka Sumartini sering bertengkar.Hampir setiap
hari mereka bertengkar.Masing-masing tidak mau mengalah dan merasa paling
benar.
Suatu hari Dokter Sukartono mendapat
panggilan dari seorang wanita yang mengaku dirinya sedang sakit keras.Wanita
itu meminta Dokter Sukartono datang kehotel tempat dia menginap.Dokter
Sukartono pun datang ke hotel tersebut.Setibanya dihotel, dia merasa terkejut
sebab pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah
dikenalnya sejak kecil.Sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat, Yah adalah
teman sekelasnya.
Pada saat itu Yah sudah menjadi janda.Dia
korban kawin paksa.Karena tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya,
dia melarikan diri ke Jakarta dia terjun kedunia nista dan menjadi wanita panggilan.Yah
sebenarnya secara diam-diam sudah lama mencintai Dokter Sukartono.Dia sering
menghayalkan Dokter Sukartono sebagai suaminya.Itulah sebabnya, dia mencari
alamat Dokter Sukartono.Setelah menemukannya, dia menghubungi Dokter Sukartono
dengan berpura-pura sakit.
Karena sangat merindukan Dokter Sukartono,
pada saat itu juga, Yah menggodanya.Dia sangat mahir dalam hal merayu laki-laki
karena pekerjaan itulah yang dilakukannya selama di Jakarta. Pada awalanya
Dokter Sukartono tidak tergoda akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta
dia untuk mengobatinya, lama kelamaan Dokter Sukartono mulai tergoda akan
rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya,
lama-kelamaan Dokter Sukartono mulai tergoda. Yah dapat memberikan banyak kasih
sayang yang sangat dibutuhkan oleh Dokter Sukartono yang selama ini tidak
diperoleh dari istrinya.
Karena Dokter Sukartono tidak pernah
merasakan ketentraman dan selalu bertengkar dengan istrinya, dia sering
mengunjungi Yah.Dia mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya
yang kedua.
Lama-kelamaan hubungan Yah dengan Tono
diketahui oleh Sumartini.Betapa panas hatinya ketika mengetahui hubungan gelap
suaminya dengan wanita bernama Yah.Dia ingin melabrak wanita tersebut.Secara
diam-diam Sumartini pergi kehotel tempat Yah menginap.Dia berniat hendak memaki
Yah sebab telah mengambil dan menggangu suaminya.Akan tetapi, setelah bertatap
muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh.Kebencian dan nafsu amarahnya
tiba-tiba lenyap.Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata
merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah.Tini merasa malu pada Yah.Dia
merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya.Dia tidak dapat berlaku
seperti Yah yang sangat didambakan oleh suaminya.
Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini
mulai berintropeksi terhadap dirinya.Dia merasa malu dan bersalah kepada
suaminya.Dia merasa dirinya belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada
suaminya.Selama ini dia selalu kasar pada suaminya.Dia merasa telah gagal menjadi
Istri.Akhirnya, dia memutuskan untuk berpisah dengan Suaminya.
Permintaan tersebut dengan berat hati
dipenuhi oleh Dokter Sukartono.Bagaimanapun, dia tidak mengharapkan terjadinya
perceraian.Dokter Sukartono meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk
mengubah sikapnya.Namun, keputusan istrinya sudah bulat.Dokter Sukartono tak
mampu menahannya.Akhirnya mereka bercerai.
Betapa sedih hati Dokter Sukartono akibat
perceraian tersebut.Hatinya bertambah sedih saat Yah juga pergi. Yah hanya
meninggalkan sepucuk surat yang mengabarkan jika dia mencintai Dokter
Sukartono. Dia akan meninggalkan tanah air selama-lamanya dan pergi ke
Calidonia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar